Waktu itu kamu genggam tangan ku dan aku genggam pula tangan mu.
Erat enggan untuk melepaskan, pandangan tajam beradu mengikat alam.
Dua larik kalimat bergetar alun yang keluar dari bibir mu begitu subur tertanam dalam benak.
"Selamat berjuang! Semoga sukses!"
Dan tatapan kosong menyertai angin yang membawa mu pergi menghilang di dalam kegelapan malam.
Aku terpaku dalam angan-angan antah-berantah, lamat mengeja kembali senyum yang dipaksakan.
Mencoba melusuri kulit yang tidak puas, meraba nafas yang membekam dada.
Kenangan ku pada masa silam saat kita bertemu.
Ketika bergandengan tangan menelusuri lorong memasuki kamar dan kemudian saling menelanjangi.
Berkuluman bibir mengadu lidah dan mencermati nafas hangat yang merayap di telinga, leher, dada.
Saling meraba, menelusuri dan mencoba menghafal untuk memahami setiap detil lekuk-lekuk tubuh.
Merasakan setiap degupan jantung yang mengalir dalam urat nadi.
Kita bergumul dengan sepenuh hati dan birahi, memanaskan darah dan membasahi ranjang.
Mengisi ruang dan waktu dengan suara desahan nikmat asmara.
Mengilhami dan mengimbangi, seperti langit yang sedang berpesta warna di senja hari.
Menikmati senggama yang membuat lupa kalau kita masih berada di bumi.
Menyadari keliaran yang tidak tertahankan, membadai menerbangkan apa saja yang ada didekatnya.
(btijox, 28082010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar